Entri Populer

Jumat, 24 Juni 2011

PT. KAI Yang Justru Tidak Cerdik Memanfaatkan Kesempatan

Sudah lebih dari 3 tahun saya menumpang krl (kereta rel listrik) untuk berangkat kerja ke jakarta. Dahulu saya sering menumpang bus, dan sesekali membawa kendaraan sendiri. Bahkan pernah menjadi omprengan bagi para penumpang yang searah dengan kantor, tak lain dan tak bukan untuk mensiasati jaminan waktu tempuh dalam kondisi kenaikan harga BBM, tarif tol dan tarif parkir. Itupun dengan kompensasi lelahnya mengendarai dalam kemacetan dalam kota jakarta.
KRL AC di Stasiun Bogor
Namun sejak 3 tahun yang lalu, saya mulai menemukan alternatif transportasi lain yaitu krl express. Saat itu jadwal krl express pakuan sudah mulai membaik dibanding dahulu, walaupun memang masih sering terjadi keterlambatan. Dengan menumpang krl, saya mulai mendapatkan keuntungan yaitu waktu tempuh yang lebih cepat dan tidak melelahkan karena setidaknya saya bisa beristirahat dalam perjalana pergi dan pulang dari jakarta.
Tahun berlalu, kemacetan jalur luar kota dan dalam kota semakin bertambah seiring dengan penambahan pemilik dan jumlah kendaraan. Harga tiket expres pun mulai naik, namun saya akui pula saat itu jumlah keterlambatan krl pun semakin berkurang.
Selain saya, banyak pula transporter yang mulai berpindah moda transportasi dari kendaraan pribadi menjadi penumpang krl, baik dari Bogor, Depok, Bekasi, bahkan serpong. Tak lain karena krl express lebih dapat diandalkan dibanding jalan raya, lebih cepat, lebih sering tepat waktu , dan yang jelas ber-AC.
Namun, sejak diumumkan rencana perubahan model layanan krl menjadi single operation, harapan akan semakin nyamannya layanan krl justru menghilang. Selain karena masih sering terjadinya gangguan sinyal yang berakibat keterlambatan, juga seringnya terjadi kerusakan AC.
Layanan baru yang akan dilakukan oleh PT.KAI dengan anak preusahaannya PT. KAI Comuter Jabotabek, justru memperpanjang waktu tempuh, dimana penyeragamkan pemberhentian di setiap stasiun akan berlaku untuk semua krl baik non AC maupun AC dengan alasan peningkatan jumlah penumpang, walaupun ternyata terselubung kenaikan tarif ekonomi AC dari 5.500 rupiah  menjadi 9.000 rupian. Padahal krl expres yang hanya berhenti di tiap stasiun pun pada jam-jam sibuk kerja (pagi & sore) saat ini sudah padat penumpang, dan berdesakan.Padahal harga tiket sudah premium sebesar 11.000 rupiah, tak lain karena banyak penumpang yang lebih memilih untuk membeli waktu tempuh.
Perkiraan saya, dengan pola baru waktu tempuh Bogor - Manggarai (misalnya) akan bertambah 15 sd 20 menit dari sebelumnya yang berkisar 45-50menit (normal krl ekspres). Kemudian dengan adanya perubahan dan penghilangan jalur tertentu, setidaknya akan menambah jeda waktu tunggu untuk krl tujuan yang dimaksud antara 10 - 30menit. Akibatnya adanya penambahan waktu tempuh minimal 15menit.
Padahal seperti saya ungkap sebelumnya, penumpang krl ekspres didominasi oleh penumpang yang rela membeli waktu dan bukan sebaliknya menjual waktu demi menghemat uang.
PT. KAI justru tidak cerdik, disaat fasilitas transportasi lain lumpuh, dan krl menjadi sarana terbaik, justru memilih untuk menurunkan kualitas layanan dengan menambah waktu tempuh. Sementara kehandalan yang seharusnya diperbaiki seperti ketepatan jadwal, pensinyalan, fasilitas AC, dan kondisi stasiun malahan menjadi prioritas perbaikan.
Padahal saya yakin, jika ada perbaikan layanan, penumpang ekspres pun akan mau membayar lebih, toh mereka dapat lebih bekerja dengan tepat waktu, pulang dengan lebih jelas sehingga bukan tidak mungkin justru menaikan jumlah penumpang yang beralih dari kendaraan pribadi.
Untuk model layanan single operation, saya justru lebih berkeyakinan jika pendapatan PT. KAI akan berkurang. Sebagian penumpang ekspres mungkin akan kembali ke kendaraaan pribadi, setidaknya mengejar waktu tempuh dan kenyamanan yang lebih jelas. Bagi penumpang ekonomi' harga 9.000 rupiah untuk semua jarak akan sangat memberatkan, alih-alih membayar tiket justru mereka akan memilih menjadi "ataper" secara gratis, atau bahkan memaksa membayar seadanya kepada petugas di dalam gerbong. Bahkan mungkin akan terjadi kerusakan fasilitas, karena jumlah pemberangkatan krl ekonomi non-AC bersubsidi dikurangi.
Jadi, model layanan baru jelas merugikan kedua belah pihak, konsumen dirugikan karena waktu tempuh bertambah dan harga tiket yang naik, PT.KAI pun dirugikan karena akan kehilangan penumpang, kehilangan penjualan tiket resmi, dan kemungkinan kerusakan fasilitas.
Untuk itu seharusnya PT.KAI lebih cerdik dan menangkap peluang buruknya kondisi transportasi lain. Sehingga selain dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, juga akan mendapatkan pujian karena menjadi salah satu penyedia jasa transportasi yang memberi solusi kemacetan jakarta.
Semoga pimpinan PT.KAI, dan pejabat transportasi yang berhubungan segera sadar dan menjadi cerdik..

Informasi KRL Comuter (single operation) dapat dilihat pada http://www.krl.co.id & http://www.krlmania.com

1 komentar:

  1. update tarif
    http://www.detiknews.com/read/2011/06/25/212327/1668682/10/asyik-tarif-krl-commuter-line-jakarta-bogor-turun-jadi-rp-7000?9911012

    BalasHapus